Jumat, 20 April 2012

PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Jurnal Ilmiah
MANAJEMEN INOVASI PENDIDIKAN





Oleh :
Aen rudiana
NIM 8232112001



PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN MAGISTER PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2012




ABSTRAK
            Berada pada era globalisasi tentunya  membawa dampak terhadap karakter bangsa dan masyarakatnya. Globalisasi memunculkan pergeseran nilai, nilai lama semakin meredup, yang digeser dengan nilai-nilai baru yang belum tentu pas dengan nilai-nilai kehidupan di masyarakat indonesia. Globalisasi, selain berdampak pada pergeseran nilai, juga berdampak pada pendidikan sebuah bangsa
Berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Naional telah ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
            Pendidikan memiliki peran yang sangat penting, bukan hanya menghasilkan warga belajar dengan prestasi tinggi tetapi mampu melahirkan generasi baru yang memiliki karakter yang baik dan bermanfaat bagi masa depan bangsa. Penanaman pendidikan karakter sudah tidak bisa ditawar untuk diabaikan, terutama pada pembelajaran di sekolah disamping lingkungan keluarga dan masyarakat.
kemajuan suatu bangsa juga akan tergantung bagaimana karakter orang-orangnya, kemampuan intelegensinya, keunggulan berpikir warganya, sinergi para pemimpinnya, dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah penting dalam membangun moral dan kepribadian bangsa. Metode penelitian yang digunakan, adalah studi pustaka dimana pe
            Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.




KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-nya. Solawat serta salam tidak lupa dilimpahkan kepada baginda nabi muhamad saw. Sehingga kami berhasil menyelesaikan jurnal ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul aplikasi “PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.”
Dalam rangaka meningkatkan pendidikan berkarakter di indonesia. jurnal ini di susun sebagai syarat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan. Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah swt senantiasa Meridhai segala usaha kita. Amin.

Ciamis, 7 Maret 2012


Penyusun











DAFTAR ISI
Abstrak ……………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ……………………………………………………………... ii
Daftar isi ………………………………………………………………….…. iv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
A.  Latar belakang …….…………………..………………………..…1
B.  Rumusan masalah ……………………….………….………...…. 4
C.  Tujuan penelitian ……………………………….…….…………. 4
D.  Manfaat penelitian …………...……………………..………… 5
1.          Praktis …………………………………………………..… 5
2.          Teoritis ………………………………………………..…... 5

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………….…… 6
A.  Definisi pendidikan karakter …………………………………. 6
B.  Hasil penelitian yang relevan ………………………………… 7
C.  Hipotesis ………………………………………………………. 9

BAB III PROSEDUR PENELITIAN …………………………………. 10
A.  Metode penelitian ……………………………………………. 10
B.  Variabel penelitian …………………………………………... 10
C.  Tenik pengumpulan data ……………………………………. 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………….… 12
A.  Pentingnya pendidikan berkarakter …………………………………. 12
B.  Peranan guru dalam pendidikan berkarakter di tingkat sekolah menengah pertama …………………………………………………………………. 14
C.  Tujuan di selenggarakannya pendidikan berkarakter …………………… 16

V PENUTUP ................................................................................................. 19
A.  Kesimpulan ……………………………………………………………. 19
B.  Saran ......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 21





























BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang lazim kita dengar dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan yang bermutu adalah sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga bermutu, beretika, bermoral, sopan, santun dapat berinteraksi dengan masyarakat, dan bersaing dalam dunia kerja. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris “character” dan Indonesia “karakter”, Yunani “character” (dari charassein) yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus, karakter diartikan tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Selanjutnya, karakter mengandung tiga unsure pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good) dan melakukan kebaikan (doing the good)). pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik” tetapi juga “merasakan dengan baik” atau loving good (moral feeling), dan “perilaku yang baik”. Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
Tujuan dasar pendidikan karakter :
·           pertama, manusia Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu masyarakat diimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan.
·           Kedua, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki daya nalar tinggi.
·           Ketiga, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan. "Negara tak akan berubah kalau kita tak mengubahnya,"
·           Keempat, memperkuat semangat harus bisa. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya selalu ada.
·           Kelima, manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya.
Pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini akan berdampak positif pada tahun-tahun mendatang, dengan muncul dan lahirnya manusia Indonesia yang unggul
Dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Darai Berdasarkan pembahasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul. “PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA”
B.  Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka kami merumuskan masalah dalam penelitian ini yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.        Apa yang dimaksud pendidikan berkarakter?
2.        Apa tujuan diadakanya pendidikan berjarakter?
3.        Bagaimana penerapan pendidikan berkarakter dalam pembangunan jati diri bangsa?
C.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Apa yang dimaksud pendidikan berkarakter?
2.      Untuk mengetahui Apa tujuan diadakanya pendidikan berjarakter?
3.      Untuk mengetahui Bagaimana penerapan pendidikan berkarakter dalam pembangunan jati diri bangsa?
D.  Manfaat penelitian
      Hasil  dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara Teoritis ataupun Praktis:
1.      Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bahan bacaan intuk peneliti selanjutnya terutama yang mengambil tema yang sama dengan penelitian ini.
2.      Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai sistem pendidikan berkarakter yang saat ini sedang di terapkan di Indonesia.


























BAB II
LANDASAN TEORI
A.      Definisi pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan proses internalisasi Budayabkedalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapai sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai sehingga terciptanya karakter.
Pembangunan karakter merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara.  Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Menyadari kondisi karakter masyarakat saat ini, pemerintah mengambil inisatif untuk mengarusutamakan pembangunan karakter bangsa. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Sasaran pendidikan karakter adalah Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar untuk  mengembangakan potensi diri peserta didik secara aktif untuk memiliki kepribadian, budi pekerti, dan ahlak mulia sehingga karakter ini terbentuk dan menjadi cirri khas peserta didik. (Sumantri. 2010: 38)
Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti, yaitu melibatkan aspek pangetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

B.  Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam bagian  ini dijelaskan pengertian konsep-konsep dan istilah yang dapat membantu mengarahkan penulis dalam mengkaji pokok permasalahan utama dalam penelitian. istilah dan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji yaitu: PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Penulis menggunakan beberapa sumber yang sekiranya relevan dengan Permasalahan yang dibahas dalam pembuatan penelitian ini. Hasil penelitian yang terdahulu yang terdapat kesamaan dengan penelitian ini di antarnya adalah karya:

1.    Sumantri. Endang. 2010. Pendidikan karakter harapan handal bagi masa depan pendidikan bangsa. Pribumi Mekar. Bandung. Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
2.    Sumantri Endang & Sofyan Sauri. 2006. Konsep dasar pendidikan nilai. Pribumi mekar. Bandung. Pendikan nilai adalah sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mendalami nilai-nilai serta menempatkan secara integral dalam kseluruhan hidupnya.
3.    Doni Koesoema A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo. cetakan ke-2.  Buku utama bagi pengembangan visi guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter. Jika guru adalah pelaku perubahan, perubahan itu harus tampil pertama-tama dalam diri guru. Buku ini menawarkan pemikiran dan strategi utama bagi para guru agar mampu menjadi pelaku perubahan dan pendidik karakter yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita dewasa ini. Buku ini layak dibaca oleh guru, pendidik, pemimpin sekolah, pejabat diknas, dan orang tua yang menginginkan kerja sama sinergis sekolah dalam pembentukan karakter siswa.
4.    Kemendiknas. 2010. Pendidikan karakter di sekolah menegah pertama. Jakarta. Kemendiknas. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan  harus berkarakter.
5.    Kemendiknas. 2010. Model pembinaan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Jakarta.  Kemendiknas. Pembinaan  karakter bangsa dalam membangaun prilaku dan etika merupakan pembinaan yang baik, dan merupakan suatu pembinaan dassr yang utama bagi seluruh mahluk dalam kehidupan bermasyarakat. Pembinaan tersebut bertujuan untuk melatih perbutan, ucapan, dan pikiran. Agar selalu berbuat kebaikan dan mencegah kesalahan yang dapat menyebabkan penderitaan.

C.  Hipotesis
1.      Adanya hubungan antara aplikasi pendidikan karakter dengan peningkatan mutu pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama.
2.      Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.























BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.      Metode Penelitian

Metode adalah suatu teknik atau cara kerja dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan. Metode adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis data-data dan sumber informasi. Sementara yang di maksud dengan Penelitian adalah Penyelidikan yang seksama dan teliti terhadap suatu  subjek  atau  fakta-fakta pendidikan dilapangan guna menghasilkan produk baru, memecahkan suatu masalah, atau untuk menyokong  dan menolak suatu teori. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97).
Lebih khusus lagi Metode penelitian pendidikan adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber data secara efektif, menilainya secar kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil yang di capai dalam bentuk tulisan. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97).
B.  Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97). Dalam variable penelitian ada yang di sebut dengan variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas adalah variabel yang memepengaruhi sedangkan variabel terikat adalah variabel akibat. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97). Penelitian dilakukan tehadap dua variable yaitu :
1.      Variable bebas yaitu yang direkayasa oleh peneliti yang berimbas pada variable terikat. Variable bebas dalam karya ilmiah ini adalah: “PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER”
2.      Variable hasil atau akibat yang terjadi karena pengaruh variable bebas. Variable terikat dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: “DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.”
C.    Tenik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di lakukan dengan melalui penelusuran buku-buku dan literatur yang ada kaitannya dengan topic masalah yang akan di teliti. Data di kumpulkan di sesuaikan dengan sifat data yang di peroleh, yaitu di tempuh melalui studi kepustakaan.



















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Pentingnya pendidikan berkarakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. (Kemendiknas. 2010: 38)
Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih menitikberatkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau perilaku manusia atau apakah perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, atau benar atau salah. Sebaliknya, etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana ke duanya(baik dan buruk) itu ada. Karenanya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan bai-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Wujud pendidikan karakter di Sekolah selain melaui pembelajaran ahlak dan intergrasi nilai-nilai agama pada semua mata pelajaran juga dilakukan kegiatan pembiasaan di sekolah terutama disiplin diri. Dukungan orang tua di rumah sangat perperan dalam keberhasilan pendidikan berkarakter, sehingga tanpa peran orang tua pendidikan karakter hanya wacana saja. (Kemendiknas. 2010: 42).
nilai-nilai Ibarat pohon, pendidikan karakter itu memiliki akar yang karenanya pohon itu dapat tumbuh dan berkembang. Demikian pula seseorang bisa hidup dengan baik jika memiliki nilai-nilai inti karakter sebagai akar kehidupannya. Nilai inti tersebut terdiri dari empat aspek.
·         Pertama, jujur. Semua orang tak terkecuali orang jahat apalagi orang baik, menyukai kejujuran. Kejujuran menghasilkan kebaikan. Dengan jujur, semua masalah menjadi mudah terpecahkan.
·         Kedua, cerdas. Sudah terang jujur merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seseorang. Namun jujur saja tetapi –maaf- bodoh kurang berarti karena itu akan lebih banyak menjadi beban bagi orang lain. Oleh sebab itu ia harus cerdas supaya bisa mengambil peran aktif dalam menjawab setiap persoalan paling tidak yang menimpa dirinya sendiri.
·         Ketiga, bisa berteman. Apa artinya jujur dan cerdas namun tidak bisa bergaul dengan orang lain? Orang egois, mau menang sendiri saja, dan suka menyakiti orang lain tak banyak manfaatnya walaupun jujur dan cerdas. Karenanya karakter yang harus dimiliki adalah harus bisa berteman.
·         Keempat, bertanggung jawab. Inilah karakter yang menjadi taruhan seseorang dalam kehidupan sosialnya. Sebagai sikap ksatria, karakter bertanggung jawab mencerminkan kepribadian yang dapat diandalkan sekaligus membanggakan.

B.  Peranan Guru Dalam Pendidikan Berkarakter di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk  Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan. Sebaliknya kebejatan sosial dan budaya merupakan faktor penyebab kemunduran sebuah peradaban. Ini adalah demi mendorong proses pertumbuhan dan pemerkayaan yang lebih lanjut bagi kehidupan nasional serta secara mutlak untuk menaikkan martabat kebanggaan bangsa Indonesia.
Terlepas dari persoalan kuantitatif maupun kwalitatif tersebut, dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, Guru merupakan pemegang peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Upaya meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus mendapatkan ” Reward ” (tanda jasa), penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya, sehingga setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan baik. Di sinilah kemudian karakteristik pendidikan guru memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik. Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah frustasi, depresi atau stress secara positif, dan tidak destruktif.
Dalam pendidikan karakter guru penting sekali mengembangkan nilai-nilai etika dan estetika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai sebagai basis karakter yang baik. Guru harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai Yang dimaksud serta mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.
Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Demikian juga seorang pendidik atau Guru dikatakan berkarakter, jika memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dengan demikian pendidik yang berkarakter, berarti telah memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, keteladanan, ataupun sifat-sifat lain yang harus melekat pada diri pendidik. Pendidik yang berkarakter kuat tidak hanya memiliki kemampuan mengajar dalam arti sempit (transfer pengetahuan/ilmu), melainkan juga harus memiliki kemampuan mendidik dalam arti luas (keteladanan sehari-hari).

C.  Tujuan di Selenggarakannya Pendidikan Berkarakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa karakter seseorang dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Contohnya adalah bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an, yang saat ini menjadi salah satu penguasa ekonomi di asia.
Pendidikan Karakter perlu dikembangkan di sekolah. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Adapun acuan konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan sebagaimana uraian berikut.
1.    Olah Hati (Spiritual and emotional development). Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional.
2.    Olah Pikir (intellectual development). Olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual.
3.    Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development). Olah raga bermuara pada pengelolaan fisik.
4.    Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Olah rasa bermuara pada pengelolaan kreativitas.
Sasaran pendidikan karakter untuk  seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. yaitu Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi menjadi mamiliki pribadi yang baik yang berkarakter mulia. dan Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Pendidikan karakter bagi peserta didik Indonesia bertujuan hendak menjadikan manusia Indonesia sebagai individu yang memiliki tiga elemen sekaligus di bawah ini:
·      Pertama, sebagai makhluk Tuhan yang mengakui bahwa semua makhluk di hadapan Tuhan itu sama. Bahwasanya sesama makhluk Tuhan tidak  ada yang lebih unggul dan lebih hebat dari yang lainnya. Jika setiap orang memiliki pikiran seperti ini, niscaya akan timbul rasa saling mengasihi antar sesama. Hidup pun menjadi rukun dan saling menghormati, toleran dengan perbedaan, dan suka tolong menolong.
·      Kedua, sebagai manusia intelektual yang memiliki kepenasaranan untuk tahu (curiousity) terhadap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, seseorang akan pintar dan cerdas karena selalu berusaha menambah ilmu dan keterampilannya. Pada gilirannya, iptek yang dikuasainya tersebut dapat dimanfaatkan bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan juga kemaslahatan orang lain bahkan warga dunia.
·         Ketiga, sebgai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang cinta dan bangga pada tanah air. Cinta dicirikan oleh rasa memiliki yang kuat pada NKRI yang berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Bangga diindikasikan oleh raihan prestasi yang disumbangkan pada NKRI demi kejayaan bangsa dan negara. Dengan tiga tujuan utama ini, pendidikan karakter bersifat komprehensif yang hendak menjadikan setiap anak bangsa memiliki watak yang menjunjung tinggi nilai ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan. Lebih dari itu, watak ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan tidak dilakukan secara membabi buta melainkan dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena ketiga watak ini disertai dengan watak keilmuan (curiousity)































BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

B.  Saran
Melalui program pendidikan Karakter ini diharapkan seorang pendidik atau Guru berkarakter, memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik sehingga lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Selanjutnya diharapkan agar semua pihak terkait memahami hakikat pendidikan dalam peningkatan akhlak mulia, serta pembangunan pendidikan karakter serta berkewirausahaan dengan pendekatan belajar aktif dalam bingkai KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Dengan demikian dalam jangka waktu tertentu di setiap satuan pendidikan akan terbentuk budaya sekolah (school culture) yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa Indonesia.





























DAFTAR PUSTAKA

Anggoro Toha M. 2010. Metode penelitian.Universitas Terbuka. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Metode Penelitian suatu Paraktek. Yogyakarta : UGM Press
Doni Koesoema A. 2010 Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo. cetakan ke-2. 
Kemendiknas. 2010. Model pembinaan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Kemendiknas : Jakarta. 
Kemendiknas. 2010. Pendidikan karakter di sekolah menegah pertama. Jakarta. Kemendiknas : Jakarta.
Sumantri. E. 2010. Pendidikan karakter harapan handal bagi masa depan pendidikan bangsa. Pribumi Mekar. Bandung.
Sumantri Endang & sofyan sauri. 2006. Konsep dasar pendidikan nilai. Pribumi Mekar. Bandung.