PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA
Jurnal Ilmiah
MANAJEMEN INOVASI PENDIDIKAN
Oleh :
Aen rudiana
NIM 8232112001
PROGRAM
PASCA SARJANA MANAJEMEN MAGISTER PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2012
ABSTRAK
Berada pada era globalisasi
tentunya membawa dampak terhadap
karakter bangsa dan masyarakatnya. Globalisasi memunculkan pergeseran nilai,
nilai lama semakin meredup, yang digeser dengan nilai-nilai baru yang belum
tentu pas dengan nilai-nilai kehidupan di masyarakat indonesia. Globalisasi,
selain berdampak pada pergeseran nilai, juga berdampak pada pendidikan sebuah
bangsa
Berkarakter
adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran,
emosi dan motivasinya (perasaannya).Dalam Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Naional telah ditegaskan bahwa “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Pendidikan memiliki peran yang
sangat penting, bukan hanya menghasilkan warga belajar dengan prestasi tinggi
tetapi mampu melahirkan generasi baru yang memiliki karakter yang baik dan
bermanfaat bagi masa depan bangsa. Penanaman pendidikan karakter sudah tidak
bisa ditawar untuk diabaikan, terutama pada pembelajaran di sekolah disamping
lingkungan keluarga dan masyarakat.
kemajuan
suatu bangsa juga akan tergantung bagaimana karakter orang-orangnya, kemampuan
intelegensinya, keunggulan berpikir warganya, sinergi para pemimpinnya, dan lain
sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
penting dalam membangun moral dan kepribadian bangsa. Metode penelitian yang
digunakan, adalah studi pustaka dimana pe
Atas dasar itu, pendidikan karakter
bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu,
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang
baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar
dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya
(psikomotor).Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
Rahmat serta Karunia-nya. Solawat serta salam tidak lupa dilimpahkan kepada
baginda nabi muhamad saw. Sehingga kami berhasil menyelesaikan jurnal ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul aplikasi
“PERANAN GURU DALAM APLIKASI
PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.”
Dalam rangaka
meningkatkan pendidikan berkarakter di indonesia. jurnal ini di susun sebagai syarat memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Manajemen Inovasi Pendidikan. Menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah swt senantiasa
Meridhai segala usaha kita. Amin.
Ciamis, 7 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Abstrak
……………………………………………………………………… i
Kata Pengantar
……………………………………………………………... ii
Daftar isi
………………………………………………………………….…. iv
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………….. 1
A. Latar belakang …….…………………..………………………..…1
B. Rumusan masalah ……………………….………….………...…. 4
C. Tujuan penelitian ……………………………….…….…………. 4
D. Manfaat
penelitian …………...……………………..………… 5
1.
Praktis
…………………………………………………..… 5
2.
Teoritis
………………………………………………..…... 5
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………….…… 6
A. Definisi pendidikan karakter …………………………………. 6
B.
Hasil penelitian yang relevan ………………………………… 7
C.
Hipotesis
………………………………………………………. 9
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN …………………………………. 10
A.
Metode penelitian ……………………………………………. 10
B.
Variabel penelitian …………………………………………... 10
C.
Tenik pengumpulan data ……………………………………. 11
BAB
IV HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN …………….… 12
A. Pentingnya pendidikan berkarakter …………………………………. 12
B. Peranan guru dalam pendidikan berkarakter di tingkat
sekolah menengah pertama …………………………………………………………………. 14
C. Tujuan di selenggarakannya pendidikan berkarakter
…………………… 16
V PENUTUP .................................................................................................
19
A. Kesimpulan …………………………………………………………….
19
B. Saran
.........................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan sesuatu yang lazim kita dengar dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan yang bermutu adalah sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Hal
ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Berdasarkan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga
bermutu, beretika, bermoral, sopan, santun dapat berinteraksi dengan
masyarakat, dan bersaing dalam dunia kerja. Kesuksesan seseorang tidak
ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill)
saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia
bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill
daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan
itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas
hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Karakter
berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam
bahasa Inggris “character” dan Indonesia “karakter”, Yunani “character” (dari charassein)
yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus, karakter diartikan
tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Selanjutnya, karakter mengandung tiga unsure pokok
yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving
the good) dan melakukan kebaikan (doing the good)). pendidikan
karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik”
tetapi juga “merasakan dengan baik” atau loving good (moral feeling), dan
“perilaku yang baik”. Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan “habit”
atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan.
Pendidikan
karakter dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,
tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang
selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial
untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan
Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta
didik.
Pendidikan karakter di sekolah
juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang
dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai.
Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan,
muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan,
dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan
salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
Tujuan dasar pendidikan karakter :
·
pertama,
manusia Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik. Oleh karena
itu masyarakat diimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan.
·
Kedua,
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan
memiliki daya nalar tinggi.
·
Ketiga,
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta
bekerja keras mengubah keadaan. "Negara tak akan berubah kalau kita tak
mengubahnya,"
·
Keempat,
memperkuat semangat harus bisa. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya
selalu ada.
·
Kelima,
manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara
serta tanah airnya.
Pendidikan karakter yang ditanamkan
sejak dini akan berdampak positif pada tahun-tahun mendatang, dengan muncul dan
lahirnya manusia Indonesia yang unggul
Dapat
ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Darai Berdasarkan
pembahasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul.
“PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI
TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA”
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka kami
merumuskan masalah dalam penelitian ini yang dijabarkan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud pendidikan
berkarakter?
2.
Apa tujuan diadakanya pendidikan
berjarakter?
3.
Bagaimana penerapan pendidikan
berkarakter dalam pembangunan jati diri bangsa?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui Apa yang dimaksud
pendidikan berkarakter?
2.
Untuk mengetahui Apa tujuan diadakanya
pendidikan berjarakter?
3.
Untuk mengetahui Bagaimana penerapan
pendidikan berkarakter dalam pembangunan jati diri bangsa?
D. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara Teoritis ataupun Praktis:
1.
Secara Teoritis, penelitian ini
diharapkan dapat bahan bacaan intuk peneliti selanjutnya terutama yang
mengambil tema yang sama dengan penelitian ini.
2.
Secara Praktis, penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai sistem
pendidikan berkarakter yang saat ini sedang di terapkan di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Definisi pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan proses internalisasi
Budayabkedalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan
masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan sarana transfer ilmu pengetahuan
saja, tetapai sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai sehingga
terciptanya karakter.
Pembangunan karakter
merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak
awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan
karakter bangsa sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional. Menyadari kondisi karakter masyarakat saat ini, pemerintah mengambil
inisatif untuk mengarusutamakan pembangunan karakter bangsa. Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Sasaran pendidikan karakter adalah Semua warga sekolah,
meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah
menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil
melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best
practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah
lainnya.
Pendidikan
karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran dan suasana belajar untuk mengembangakan potensi diri peserta didik
secara aktif untuk memiliki kepribadian, budi pekerti, dan ahlak mulia sehingga
karakter ini terbentuk dan menjadi cirri khas peserta didik. (Sumantri. 2010: 38)
Pendidikan
Karakter adalah pendidikan budi pekerti, yaitu melibatkan aspek pangetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter
seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara
nyata.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam bagian ini dijelaskan pengertian konsep-konsep dan
istilah yang dapat membantu mengarahkan penulis dalam mengkaji pokok permasalahan utama dalam penelitian. istilah dan konsep
yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji yaitu: PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA Penulis
menggunakan beberapa sumber yang sekiranya relevan dengan Permasalahan yang
dibahas dalam pembuatan penelitian ini. Hasil penelitian yang terdahulu yang
terdapat kesamaan dengan penelitian ini di antarnya adalah karya:
1. Sumantri. Endang. 2010. Pendidikan karakter
harapan handal bagi masa depan pendidikan bangsa. Pribumi Mekar. Bandung. Karakter mulia berarti individu
memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai
seperti reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani,
dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah,
pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti,
berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner,
bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan
(estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu yang berkarakter
baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME,
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan
kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
2. Sumantri Endang & Sofyan Sauri. 2006.
Konsep dasar pendidikan nilai. Pribumi mekar. Bandung. Pendikan nilai adalah
sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mendalami nilai-nilai
serta menempatkan secara integral dalam kseluruhan hidupnya.
3. Doni
Koesoema A. 2010. Pendidikan Karakter:
Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo. cetakan ke-2. Buku utama bagi pengembangan visi guru sebagai pelaku
perubahan dan pendidik karakter. Jika guru adalah pelaku perubahan, perubahan
itu harus tampil pertama-tama dalam diri guru. Buku ini menawarkan pemikiran
dan strategi utama bagi para guru agar mampu menjadi pelaku perubahan dan
pendidik karakter yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita dewasa ini. Buku
ini layak dibaca oleh guru, pendidik, pemimpin sekolah, pejabat diknas, dan
orang tua yang menginginkan kerja sama sinergis sekolah dalam pembentukan
karakter siswa.
4. Kemendiknas. 2010. Pendidikan karakter di
sekolah menegah pertama. Jakarta. Kemendiknas. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan
itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan
karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
5. Kemendiknas. 2010. Model pembinaan pendidikan
karakter di lingkungan sekolah. Jakarta.
Kemendiknas. Pembinaan karakter
bangsa dalam membangaun prilaku dan etika merupakan pembinaan yang baik, dan
merupakan suatu pembinaan dassr yang utama bagi seluruh mahluk dalam kehidupan
bermasyarakat. Pembinaan tersebut bertujuan untuk melatih perbutan, ucapan, dan
pikiran. Agar selalu berbuat kebaikan dan mencegah kesalahan yang dapat
menyebabkan penderitaan.
C. Hipotesis
1. Adanya hubungan antara aplikasi pendidikan
karakter dengan peningkatan mutu pendidikan di tingkat sekolah menengah
pertama.
2. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.
BAB III
PROSEDUR
PENELITIAN
A.
Metode
Penelitian
Metode adalah suatu teknik atau cara kerja dalam
menyampaikan materi guna mencapai tujuan. Metode adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis data-data
dan sumber informasi. Sementara yang di maksud
dengan Penelitian adalah Penyelidikan yang seksama dan teliti terhadap
suatu subjek atau
fakta-fakta pendidikan dilapangan guna menghasilkan produk baru,
memecahkan suatu masalah, atau untuk menyokong
dan menolak suatu teori. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97).
Lebih khusus lagi Metode
penelitian pendidikan adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk
mengumpulkan sumber-sumber data secara efektif, menilainya secar kritis, dan mengajukan
sintesis dari hasil yang di capai dalam bentuk tulisan. (Suharsimi Arikunto
1998 : 97).
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian
yang menjadi perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97). Dalam
variable penelitian ada yang di sebut dengan variable bebas dan variable
terikat. Variabel bebas adalah variabel yang memepengaruhi sedangkan variabel
terikat adalah variabel akibat. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97). Penelitian
dilakukan tehadap dua variable yaitu :
1. Variable
bebas yaitu yang direkayasa oleh peneliti yang berimbas pada variable terikat.
Variable bebas dalam karya ilmiah ini adalah: “PERANAN GURU DALAM APLIKASI
PENDIDIKAN BERKARAKTER”
2. Variable
hasil atau akibat yang terjadi karena pengaruh variable bebas. Variable terikat
dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: “DI TINGKAT SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA.”
C.
Tenik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di lakukan dengan melalui penelusuran
buku-buku dan literatur yang ada kaitannya dengan topic masalah yang akan di
teliti. Data di kumpulkan di sesuaikan dengan sifat data yang di peroleh, yaitu
di tempuh melalui studi kepustakaan.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pentingnya
pendidikan berkarakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan
itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas
hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
(Kemendiknas. 2010: 38)
Karakter
merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih
menitikberatkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau perilaku manusia atau
apakah perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, atau benar atau salah.
Sebaliknya, etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan akhlak
tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah
tertanam keyakinan di mana ke duanya(baik dan buruk) itu ada. Karenanya,
pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan bai-buruk, memelihara apa
yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.
Wujud
pendidikan karakter di Sekolah selain melaui pembelajaran ahlak dan intergrasi
nilai-nilai agama pada semua mata pelajaran juga dilakukan kegiatan pembiasaan
di sekolah terutama disiplin diri. Dukungan orang tua di rumah sangat perperan
dalam keberhasilan pendidikan berkarakter, sehingga tanpa peran orang tua
pendidikan karakter hanya wacana saja. (Kemendiknas. 2010: 42).
nilai-nilai
Ibarat pohon, pendidikan karakter itu memiliki akar yang karenanya pohon itu
dapat tumbuh dan berkembang. Demikian pula seseorang bisa hidup dengan baik
jika memiliki nilai-nilai inti karakter sebagai akar kehidupannya. Nilai inti
tersebut terdiri dari empat aspek.
·
Pertama, jujur. Semua orang tak
terkecuali orang jahat apalagi orang baik, menyukai kejujuran. Kejujuran
menghasilkan kebaikan. Dengan jujur, semua masalah menjadi mudah terpecahkan.
·
Kedua, cerdas. Sudah terang jujur
merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seseorang. Namun jujur saja tetapi
–maaf- bodoh kurang berarti karena itu akan lebih banyak menjadi beban bagi
orang lain. Oleh sebab itu ia harus cerdas supaya bisa mengambil peran aktif
dalam menjawab setiap persoalan paling tidak yang menimpa dirinya sendiri.
·
Ketiga, bisa berteman. Apa artinya
jujur dan cerdas namun tidak bisa bergaul dengan orang lain? Orang egois, mau
menang sendiri saja, dan suka menyakiti orang lain tak banyak manfaatnya
walaupun jujur dan cerdas. Karenanya karakter yang harus dimiliki adalah harus
bisa berteman.
·
Keempat, bertanggung jawab. Inilah
karakter yang menjadi taruhan seseorang dalam kehidupan sosialnya. Sebagai
sikap ksatria, karakter bertanggung jawab mencerminkan kepribadian yang dapat
diandalkan sekaligus membanggakan.
B. Peranan
Guru Dalam Pendidikan Berkarakter di Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas
bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini
mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill
dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di
dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill
daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Membangun
peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter
manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang
dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia,
baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan.
Sebaliknya kebejatan sosial dan budaya merupakan faktor penyebab kemunduran
sebuah peradaban. Ini adalah demi mendorong proses
pertumbuhan dan pemerkayaan yang lebih lanjut bagi kehidupan nasional serta secara
mutlak untuk menaikkan martabat kebanggaan bangsa Indonesia.
Terlepas dari persoalan kuantitatif maupun kwalitatif
tersebut, dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, Guru merupakan pemegang
peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Upaya
meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus
mendapatkan program-program pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki
profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus
mendapatkan ” Reward ” (tanda jasa), penghargaan dan kesejahteraan yang
layak atas pengabdian dan jasanya, sehingga
setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima dan
dijalaninya dengan baik. Di sinilah kemudian karakteristik pendidikan guru
memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik.
Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas, bijaksana, sabar dan
menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah
faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah
frustasi, depresi atau stress secara positif, dan tidak destruktif.
Dalam pendidikan karakter guru penting sekali mengembangkan
nilai-nilai etika dan estetika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan,
tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan
nilai-nilai sebagai basis karakter yang baik. Guru harus berkomitmen untuk
mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai Yang dimaksud serta
mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan
sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah semua
komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang
konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.
Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil
menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan
sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Demikian juga seorang pendidik atau Guru
dikatakan berkarakter, jika memiliki nilai dan keyakinan
yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan
moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dengan demikian pendidik
yang berkarakter, berarti telah memiliki
kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat
kejujuran, amanah, keteladanan, ataupun sifat-sifat lain yang harus melekat
pada diri pendidik. Pendidik yang berkarakter kuat tidak hanya memiliki
kemampuan mengajar dalam arti sempit (transfer pengetahuan/ilmu), melainkan
juga harus memiliki kemampuan mendidik dalam arti luas (keteladanan
sehari-hari).
C. Tujuan
di Selenggarakannya Pendidikan Berkarakter
Pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
pembangunan karakter adalah usaha
paling penting yang pernah diberikan kepada manusia.
Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang
benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua dan
guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.
Banyak hasil
penelitian yang membuktikan bahwa karakter seseorang dapat mempengaruhi
kesuksesan seseorang.
Contohnya adalah bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan
karakter sejak awal tahun 1980-an, yang
saat ini menjadi salah satu penguasa ekonomi di asia.
Pendidikan
Karakter perlu dikembangkan di sekolah. Sebagai
upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian
Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk
setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design
menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Adapun acuan konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut
dikelompokan sebagaimana uraian berikut.
1. Olah Hati (Spiritual
and emotional development). Olah hati
bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional.
2. Olah Pikir (intellectual
development). Olah pikir
bermuara pada pengelolaan intelektual.
3. Olah Raga
dan Kinestetik (Physical and kinestetic development). Olah raga bermuara
pada pengelolaan fisik.
4. Olah Rasa
dan Karsa (Affective and Creativity development). Olah rasa bermuara
pada pengelolaan kreativitas.
Sasaran
pendidikan karakter untuk seluruh
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. yaitu Semua
warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan
pimpinan sekolah menjadi menjadi mamiliki pribadi yang baik yang berkarakter
mulia. dan Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan
pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi
contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Pendidikan
karakter bagi peserta didik Indonesia bertujuan hendak menjadikan manusia
Indonesia sebagai individu yang memiliki tiga elemen sekaligus di bawah ini:
·
Pertama, sebagai makhluk Tuhan yang
mengakui bahwa semua makhluk di hadapan Tuhan itu sama. Bahwasanya sesama
makhluk Tuhan tidak ada yang lebih
unggul dan lebih hebat dari yang lainnya. Jika setiap orang memiliki pikiran
seperti ini, niscaya akan timbul rasa saling mengasihi antar sesama. Hidup pun
menjadi rukun dan saling menghormati, toleran dengan perbedaan, dan suka tolong
menolong.
·
Kedua, sebagai manusia intelektual yang
memiliki kepenasaranan untuk tahu (curiousity) terhadap berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, seseorang akan
pintar dan cerdas karena selalu berusaha menambah ilmu dan keterampilannya.
Pada gilirannya, iptek yang dikuasainya tersebut dapat dimanfaatkan bukan saja
untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan juga kemaslahatan orang lain bahkan
warga dunia.
·
Ketiga, sebgai warga Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang cinta dan bangga pada tanah air. Cinta dicirikan oleh
rasa memiliki yang kuat pada NKRI yang berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan
Bhinneka Tunggal Ika. Bangga diindikasikan oleh raihan prestasi yang
disumbangkan pada NKRI demi kejayaan bangsa dan negara. Dengan tiga tujuan
utama ini, pendidikan karakter bersifat komprehensif yang hendak menjadikan
setiap anak bangsa memiliki watak yang menjunjung tinggi nilai ketaqwaan, kesosialan,
dan kebangsaan. Lebih dari itu, watak ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan
tidak dilakukan secara membabi buta melainkan dilaksanakan dengan penuh
kesadaran karena ketiga watak ini disertai dengan watak keilmuan (curiousity)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membangun
peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter
manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang
dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
B. Saran
Melalui
program pendidikan Karakter ini diharapkan seorang
pendidik atau Guru berkarakter, memiliki
nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta
digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik
sehingga lulusan SMP memiliki keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia,
kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang
baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas,
pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Selanjutnya diharapkan agar semua pihak terkait memahami
hakikat pendidikan dalam peningkatan akhlak mulia, serta pembangunan pendidikan
karakter serta berkewirausahaan dengan pendekatan belajar aktif dalam bingkai
KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Dengan demikian dalam jangka waktu
tertentu di setiap satuan pendidikan akan terbentuk budaya sekolah (school
culture) yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro
Toha M. 2010. Metode penelitian.Universitas Terbuka. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Metode Penelitian suatu Paraktek. Yogyakarta : UGM Press
Doni
Koesoema A. 2010 Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Grasindo. cetakan ke-2.
Kemendiknas. 2010. Model pembinaan pendidikan karakter di
lingkungan sekolah. Kemendiknas : Jakarta.
Kemendiknas. 2010. Pendidikan karakter di sekolah menegah
pertama. Jakarta. Kemendiknas : Jakarta.
Sumantri.
E. 2010. Pendidikan karakter harapan
handal bagi masa depan pendidikan bangsa. Pribumi Mekar. Bandung.
Sumantri
Endang & sofyan sauri. 2006. Konsep
dasar pendidikan nilai. Pribumi Mekar. Bandung.